Senin, 30 Desember 2013

ESSAY PERTAMAKU
MBA sebagai Penyebab Utama Angka Putus Sekolah di Indonesia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOz7lSc5y8J65eipQQFjEW7b0E7tmgJIsY8_dSFETs6Zwj1XjxzYKJ9T6DKc9ls0faeW_VyLuZ4Ljjj0Q0YythdEdsRttiRfBSXIQ37UmoIqgYszZhRxexOQlcKGXrG3lYdJYkV1qQfzQ/s320/1234616236HL.jpg
Apa yang pertama kali terlintas dipikiran Anda ketika mendengar kata MBA ? Apakah MBA yang Anda pikirkan adalah sebuah gelar Magister Bisnis Administrasi (Master of Business Administration) ? Dalam konteks kali ini MBA yang dimaksud adalah singkatan dari Married by Accident yaitu istilah “keren” dari menikah karena ada “kecelakaan” atau ada yang menyebut hamil diluar nikah dan ada juga yang menyebut hubungan diluar nikah, sebenarnya memiliki makna yang sama. Berdasarkan penelitian United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Untuk level ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Tingginya angka perkawinan dini ini berimbas juga pada tingginya rata-rata kelahiran remaja (Age Specific Fertility Rate/ASFR).
Berkaitan dengan permasalahan yang muncul beberapa tahun terakhir di kalangan remaja khusunya yang berstatus pelajar yaitu permasalahan meningkatnya angka putus sekolah, dalam hal ini siswa SMA sederajat. Apabila dahulu penyebab tingginya angka putus sekolah adalah kendala biaya, pada era ini hal tersebut sudah bukan lagi hal yang terlalu dirisaukan, dengan adanya program wajib belajar 9  tahun yang dibiayai pemerintah, para orang tua murid akan dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menabung guna keperluan pendidikan anaknya yang tidak ditanggung pemerintah pada masa yang akan datang. Namun sayangnya kemampuan peningkatan tingkat kesadaran pendidikan tidak diimbangi dengan perbaikan moralitas bangsa yang dimana sekarang sedang “trend” putus sekolah dikarenakan MBA.
            Permasalahan ini sejalan dengan hasil temuan lembaga internasional, misalnya saja di Malang ada 99 warga Kabupaten Malang mengajukan dispensasi untuk melangsungkan pernikahan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Sebab rata-rata umur mereka masih belia atau Anak Baru Gede (ABG) yang artinya setiap hari pasti selalu ada yang mengajukan dispensasi pernikahan. Hal ini meningkat dibandingkan data 2 tahun lalu yang hanya 5 orang per tahun.
            Penyebab utama peningkatan pernikahan dini yaitu pernikahan pada masa remaja mayoritas dikarenakan MBA yang sudah sangat merajalela di negeri kita ini. Lemahnya kontrol orang tua, kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi, penyalahgunaan teknologi, kemampuan ekonomi yang rendah, kurangnya pendidikan religusi dan pergaulan bebas adalah beberapa contoh penyebab kasus MBA.
            Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah secara kuantitas namun ketinggalan jauh secara kualitas. Keprihatinan bertambah mengingat para pemuda pemudi yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa dimasa yang akan datang sudah mengalami keterpurukan dimasa yang harusnya menjadi masa keemasannya, masa dimana ia bebas berekspresi dan berkarya sesuai passion-nya tanpa ada suatu ganjalan permasalahan seperti orang yang sudah berumahtangga. Akibat yang ditimbulkan diantaranya rasa malu yang amat mendalam bagi si “pelaku” dan keluarganya, ledakan jumlah penduduk Indonesia dikarenakan tingkat kelahiran yang tinggi, maraknya kasus aborsi, pembuangan bayi, bahkan bayi yang lahir diluar nikah diperjualbelikan oleh orang tuanya sendiri. Tanpa tanggung-tanggung mereka menjadikan aib sebagai ladang komersial.
            Keluarga sebagai pondasi awal pembentukkan kepribadian seseorang hendaknya menjadi pilar yang sangat kokoh dan kondusif untuk menanamkan nilai-nilai sosial maupun religius untuk membentuk karakter seorang pemuda pemudi calon penerus bangsa yang memiliki kepribadian unggul. Disamping keluarga, sekolah sebagai lembaga formal tempat mendidik anak bangsa hendaknya tidak hanya memberikan pembelajaran secara kognitif, tetapi aspek afektif dan religius para siswa juga harus sangat diperhatikan lebih dalam lagi.

Salah satu cara untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan dimasukannya materi pembelajaran tentang sex bukan hanya dalam mata pelajaran Biologi (IPA) namun juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Bab akhlak pada mata pelajaran PAI yang biasanya kita bahas yaitu perilaku terpuji dan tercela secara basic, haruslah ditambahkan dengan materi sex dalam kajian Islam secara keseluruhan. Selain itu, adanya kajian keislaman yang rutin juga dinilai dapat membangun pribadi yang lebih baik dan sadar akan nilai-nilai moral. Pembahasan tentang sex dan penguatan pembentukkan kepribadian siswa yang baik dapat pula dilakukan dengan cara pementoringan secara tidak langsung oleh para pendidik maksimal 10 menit setiap jam pertama proses belajar mengajar dimulai.
Dari pihak luar atau nonformal, usahakan ada pemberian penyuluhan secara rutin oleh instansi terkait misalnya Kementrian Sosial atau PKK kepada setiap kepala keluarga untuk memberikan perhatian lebih kepada anaknya dan menerapkan nilai dan norma sosial pada keluarga sejak dini, karena ketidaktahuan orang tua atau kesibukan orang tua yang berlebih inilah yang sangat berpotensi menyebabkan anak “broken home” dan akhirnya mencari kesenangan atau pelampiasan diluar rumah yang tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan melakukan hal-hal yang tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kritik dan sarannya ditunggu untuk lebih memperbaiki postingan-postingan saya berikutnya :)