Senin, 30 Desember 2013

ESSAY PERTAMAKU
MBA sebagai Penyebab Utama Angka Putus Sekolah di Indonesia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOz7lSc5y8J65eipQQFjEW7b0E7tmgJIsY8_dSFETs6Zwj1XjxzYKJ9T6DKc9ls0faeW_VyLuZ4Ljjj0Q0YythdEdsRttiRfBSXIQ37UmoIqgYszZhRxexOQlcKGXrG3lYdJYkV1qQfzQ/s320/1234616236HL.jpg
Apa yang pertama kali terlintas dipikiran Anda ketika mendengar kata MBA ? Apakah MBA yang Anda pikirkan adalah sebuah gelar Magister Bisnis Administrasi (Master of Business Administration) ? Dalam konteks kali ini MBA yang dimaksud adalah singkatan dari Married by Accident yaitu istilah “keren” dari menikah karena ada “kecelakaan” atau ada yang menyebut hamil diluar nikah dan ada juga yang menyebut hubungan diluar nikah, sebenarnya memiliki makna yang sama. Berdasarkan penelitian United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Untuk level ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Tingginya angka perkawinan dini ini berimbas juga pada tingginya rata-rata kelahiran remaja (Age Specific Fertility Rate/ASFR).
Berkaitan dengan permasalahan yang muncul beberapa tahun terakhir di kalangan remaja khusunya yang berstatus pelajar yaitu permasalahan meningkatnya angka putus sekolah, dalam hal ini siswa SMA sederajat. Apabila dahulu penyebab tingginya angka putus sekolah adalah kendala biaya, pada era ini hal tersebut sudah bukan lagi hal yang terlalu dirisaukan, dengan adanya program wajib belajar 9  tahun yang dibiayai pemerintah, para orang tua murid akan dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menabung guna keperluan pendidikan anaknya yang tidak ditanggung pemerintah pada masa yang akan datang. Namun sayangnya kemampuan peningkatan tingkat kesadaran pendidikan tidak diimbangi dengan perbaikan moralitas bangsa yang dimana sekarang sedang “trend” putus sekolah dikarenakan MBA.
            Permasalahan ini sejalan dengan hasil temuan lembaga internasional, misalnya saja di Malang ada 99 warga Kabupaten Malang mengajukan dispensasi untuk melangsungkan pernikahan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Sebab rata-rata umur mereka masih belia atau Anak Baru Gede (ABG) yang artinya setiap hari pasti selalu ada yang mengajukan dispensasi pernikahan. Hal ini meningkat dibandingkan data 2 tahun lalu yang hanya 5 orang per tahun.
            Penyebab utama peningkatan pernikahan dini yaitu pernikahan pada masa remaja mayoritas dikarenakan MBA yang sudah sangat merajalela di negeri kita ini. Lemahnya kontrol orang tua, kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi, penyalahgunaan teknologi, kemampuan ekonomi yang rendah, kurangnya pendidikan religusi dan pergaulan bebas adalah beberapa contoh penyebab kasus MBA.
            Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah secara kuantitas namun ketinggalan jauh secara kualitas. Keprihatinan bertambah mengingat para pemuda pemudi yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa dimasa yang akan datang sudah mengalami keterpurukan dimasa yang harusnya menjadi masa keemasannya, masa dimana ia bebas berekspresi dan berkarya sesuai passion-nya tanpa ada suatu ganjalan permasalahan seperti orang yang sudah berumahtangga. Akibat yang ditimbulkan diantaranya rasa malu yang amat mendalam bagi si “pelaku” dan keluarganya, ledakan jumlah penduduk Indonesia dikarenakan tingkat kelahiran yang tinggi, maraknya kasus aborsi, pembuangan bayi, bahkan bayi yang lahir diluar nikah diperjualbelikan oleh orang tuanya sendiri. Tanpa tanggung-tanggung mereka menjadikan aib sebagai ladang komersial.
            Keluarga sebagai pondasi awal pembentukkan kepribadian seseorang hendaknya menjadi pilar yang sangat kokoh dan kondusif untuk menanamkan nilai-nilai sosial maupun religius untuk membentuk karakter seorang pemuda pemudi calon penerus bangsa yang memiliki kepribadian unggul. Disamping keluarga, sekolah sebagai lembaga formal tempat mendidik anak bangsa hendaknya tidak hanya memberikan pembelajaran secara kognitif, tetapi aspek afektif dan religius para siswa juga harus sangat diperhatikan lebih dalam lagi.

Salah satu cara untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan dimasukannya materi pembelajaran tentang sex bukan hanya dalam mata pelajaran Biologi (IPA) namun juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Bab akhlak pada mata pelajaran PAI yang biasanya kita bahas yaitu perilaku terpuji dan tercela secara basic, haruslah ditambahkan dengan materi sex dalam kajian Islam secara keseluruhan. Selain itu, adanya kajian keislaman yang rutin juga dinilai dapat membangun pribadi yang lebih baik dan sadar akan nilai-nilai moral. Pembahasan tentang sex dan penguatan pembentukkan kepribadian siswa yang baik dapat pula dilakukan dengan cara pementoringan secara tidak langsung oleh para pendidik maksimal 10 menit setiap jam pertama proses belajar mengajar dimulai.
Dari pihak luar atau nonformal, usahakan ada pemberian penyuluhan secara rutin oleh instansi terkait misalnya Kementrian Sosial atau PKK kepada setiap kepala keluarga untuk memberikan perhatian lebih kepada anaknya dan menerapkan nilai dan norma sosial pada keluarga sejak dini, karena ketidaktahuan orang tua atau kesibukan orang tua yang berlebih inilah yang sangat berpotensi menyebabkan anak “broken home” dan akhirnya mencari kesenangan atau pelampiasan diluar rumah yang tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan melakukan hal-hal yang tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA :

Minggu, 29 Desember 2013

Cerpen peserta BM LOVE WRITING 2013


Episode Kehidupan Pemecut Kesuksesan

“Ini semua salah Ayah” suara hatiku yang kesal meratapi nasib yang tak kunjung  membuatku bahagia dalam menjalani kehidupan. Dalam setahun ini aku sudah pindah rumah 3 kali, tepatnya rumah kontrakanku. Semenjak Ayah menghilang, keluargaku menjadi carut marut. Aku bukanlah  orang yang berasal dari keluarga kaya, namun kebersamaan yang keluargaku miliki merupakan harta yang berharga bagiku. Kini  dunia serasa menghimpit keluargaku, seakan-akan keluargaku berada di tepi jurang kebinasaan.
***
Malam itu Ayah baru pulang dari luar kota, pekerjaannya sebagai sopir di sebuah perusahaan membuatnya jarang ada di rumah. Terlihat garis wajah kelelahan tampak jelas kala itu, aku dan ibu yang sedang ayik menonton sinetron menyapa ayah yang memasuki tempat kami nonton tv, kebetulan saat itu kami mengontrak sebuah rumah yang cukup luas.
 “Eh Bapak baru pulang, kemarin nganterin barangnya kemana Pak ?” tanyaku yang tetap fokus pada layar televisi.
“Dari Jakarta” Jawab ayah sambil melangkahkan kakinya  ke arah dapur yang tak lama kemudian keluar.
“Makan dulu Pak”, seru ibu. Namun,  ayah menolak tawaran makan dari ibu dan bergegas keluar rumah, aku dan ibu bertatapan dan bertanya-tanya mau kemanakah ayah yang saat itu baru pulang dari pekerjaannya namun bergegas meninggalkan rumah lagi.
“Mau kemana lagi Pak ? Kenapa tidak makan dulu?”
“Mau nganterin barang lagi, sebentar kok”, Ayah merogoh sakunya dan memberikan beberapa lembar uang kepada ibu untuk biaya hidup kami selama ayah pergi keluar kota.
Tak lama setelah ayah meninggalkan rumah, ibu berpamitan untuk ke warung saat itu juga. Walaupun hari sudah larut, ibu pergi ke warung dengan alasan ingin segera membayar utang-utangnya. Aku menganggukan kepala sebagai tanda mengizinkan ibu pergi.
***
“Kunci pintu rapat-rapat ! siapapun yang datang jangan dibuka ! jagain adikmu” suara ibu yang sedikit bergetar membuatku takut dan bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi. Berkali-kali aku menanyakan pada ibu apa yang telah terjadi sehingga ibu menyuruhku bergegas mengunci pintu dan ibu kembali meninggalkan rumah tanpa berpamitan dulu. Hatiku bergetar dan badai ketakutan melanda jiwaku kala itu, seketika itu juga ku tutup buku pelajaran yang ada di pangkuanku. Kucoba untuk tetap tenang, dan kembali fokus pada sinetron yang sedang aku tonton. Namun, tetap saja hati ini gelisah dan pikiranku melayang-layang membayangkan apa yang sebenarnya telah terjadi. 20 menit kemudian ibu kembali kemudian menyuruhku untuk berkemas dan membangunkan adikku.
Teh ! Cepet beresin bukunya, bangunin si ade “
“Mau kemana mah ?”
“Cepet beresin aja”
Tanpa banyak bicara lagi aku menuruti kata-kata ibu. Dengan mata yang sudah terasa berat aku tiba di rumah salah satu tetangga jauh kami, namanya Bu Tuti. Ibu dengan Bu Tuti memang terbilang sangat dekat, seperti halnya seorang sahabat sejati.  Setelah berbinbincang-bincang sebentar, Ibu pergi sambil  menitipkan aku dan adikku pada Bu Tuti. Malam itu aku dan adikku menginap di rumah Bu Tuti tanpa ibu, dalam hatiku masih bertanya-tanya kemanakah ibu ? Mengapa ia meninggalkan aku dan adikku ?. Hari telah larut malam, tapi mata ini enggan untuk menutupkan kelopaknya, perasaan gelisah masih menjadi penghuni hati ini sehingga membuat aku tetap terjaga.
Pagi-pagi buta ibu datang dan menceritakan apa yang sebenarnya malam tadi terjadi. Mataku yang bulat tak kuasa untuk membendung gelombang air mata yang keluar perlahan. Dunia seakan bergoncang dengan hebatnya sehingga tubuhku tak bisa berdiri tegak walau sedetik.
Sejak saat itu kehidupan kami berubah drastis, kami tidak lagi mengontrak rumah, melainkan numpang di rumah Bibi yang kebetulan tidak ditempati, ayah pergi dan entah ada dimana dan dengan siapa. Atas dasar itulah ibu memutuskan untuk tidak mengontrak rumah karena takut tidak bisa mencicil pembayarannya. Kini ibu menjadi single parent yang harus memperjuangkan hidup aku dan adikku seorang diri. Dengan pekerjaan sebagai buruh disebuah pabrik karung kecil, gajihnya tidak mencukupi, ditambah lagi dengan adanya keputusan pemberhentian kontrak kerja sementara yang secara otomatis membuat ibu menjadi seorang pengangguran.
Bagaikan hembusan angin yang tak tahu arah tujuan, ibu mencari pekerjaan kesana kemari. Namun seperti seorang penjelajah yang tak memiliki kompas, usaha ibu untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi ini tak kunjung mendapat pencerahan. Hingga pada suatu hari, seorang tetangga yang bekerja sebagai penjahit menawari pekerjaan kepada kami, walaupun saat itu aku masih kelas X SMA, tapi aku sudah bisa mengerjakan sedikit keterampilan. Dengan memasangkan kancing pada baju-baju yang dijahit oleh tetanggaku itu, aku bisa mendapatkan uang untuk sekedar ongkos sekolahku.
Seiring berjalannya waktu, ibu mendapat pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga disebuah rumah pasangan dokter. Hidup kami tergantung pada besarnya gaji yang diberikan ibu dan bapak dokter yang menjadi majikan ibuku. Tak tega memang hatiku membiarkan ibuku menjadi seorang pembantu rumah tangga, penghasilan yang didapatnya tidak sebanding dengan apa yang dikorbankan.
***
Setelah kejadian malam itu, tak pernah seharipun mata ini absen mengeluarkan butiran-butiran air mata. ‘Ayah’ seorang sosok yang sangat aku banggakan, sangat aku sayangi dan aku hormati ternyata telah membuat aku, ibu dan adikku sengasara seperti ini. Kami diusir secara tidak langsung oleh bibi yang awalnya memberikan kami izin untuk meninggali rumahnya. Aku menangis tersedu dipangkuan ibu, dan menceritakan apa yang aku dengar ketika aku melewati rumah salah seorang tetanggaku, bibiku itu bercerita bahwa kami akan merebut rumahnya. Sakiiit hati ini, mengapa cobaan datang bertubi-tubi kepada keluargaku ?.
Beberapa hari kemudian, ibu memutuskan untuk pindah dari rumah bibiku itu. Kami bahkan tidak tahu harus pindah kemana. Sebenarnya ibu memiliki banyak kakak dan adik-adik lain yang rumahnya tepat berdampingan dengan rumah bibiku yang sekarang aku tinggali. Ketika kami kehilangan arah tujuan, tak ada satupun saudara-saudara ibu yang membantu. Jangankan untuk menawari tempat tinggal sementara, menyapa pun tidak. Lagi-lagi Bu Tuti-lah yang menjadi malaikat kami, ia memiiki tanah kosong dibelakang rumahnya, dengan gotong royong keluarga Bu Tuti membuatkan sebuah gubuk kecil untuk tempat kami hidup. Dengan bermodalkan menjual tabung gas 3 kg yang menjadi satu-satunya harta kami saat itu, ibu membantu membeli anyaman dari kulit bambu untuk dijadikan dinding gubuk kami kelak.

Beberapa hari kemudian, gubuk kecil itu telah siap menyambut kami. Saat proses pindahan itu aku, ibu dan adikku yang masih SD benar-bebar menjadi sebuah tim yang solid. Mengangkut barang ini, barang itu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Entah berapa kali kami bolak-balik melewati rumah-rumah tetangga lain mengangkut barang-barang itu. Tapi bagaikan tontonan yang seru, orang-orang disekitar kami hanya bisa melihat kami dengan berkata “prihatin”.       
Suatu ketika, aku dan adikku mengangkut barang-barang bersama, bibi-bibiku sedang berkumpul disebuah teras rumah salah seorang bibiku. Apa yang mereka lakukan ketika melihat aku dan adikku meringkih menggotong barang-barang yang berat itu ?. TAK ADA RESPON. Sepertinya mereka memang telah menutup mata dan telinga mereka rapat-rapat dengan sumbatan kebencian pada keluargaku. Walau aku sendiri tak tahu mengapa mereka membenci kami.
***
Gubuk kami dengan luas sekitar 3x4 meter-lah kami hidup. Suami Bu Tuti yang bekerja sebagai peternak yang memiliki ratusan itik , kandangnya tepat 1 meter di samping gubuk kami. Setiap malam mata ini enggan untuk terpejam dengan penuh kenikmatan. Suara itik-itik yang mengganggu dan baunya yang membuat hidung kami serasa diracuni itu jelas membuat kami tak nyaman. Namun apa daya, inilah episode kehidupan yang harus keluargaku jalani.
***
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Ayah kembali ! walau dulu aku sempat membencinya, tapi kini ketika ia kembali, hati ini luluh dan menangis dipelukannya untuk menumpahkan semua air mata kerinduan yang selama ini aku pendam. Ayah menjelaskan apa yang selama ini terjadi padanya. Waktu malam itu, ketika Ayah pulang kerja dan bergegas ke dapur, ayah membawa sebuah golok yang disembunyikan dibalik jaketnya yang tebal. Kejadian itu berlalu dengan cepat, ketika amarah menguasai pikiran dan hati ayah. Ia tak sadar akan resiko atas apa yang ia perbuat. Ayah menganiaya seseorang yang ternyata adalah suami dari sahabat karib ibu, tindakan yang menyulut emosi ayah ketika orang tersebut mengirim pesan singkat (sms) kepada ibu dengan kata-kata rayuan dan bisa dikatakan jorok. Tanpa ia sadari bahwa yang selama ini membalas sms itu adalah ayah, bukan ibu. Ayah memutuskan untuk menyuruhnya menunggu disebuah tempat untuk mengadakan pertemuan. Laki-laki itu masih mengira ibu meladeni nafsu syetannya itu. Hingga akhirnya kejadian itu terjadi.
Selama berbulan-bulan ayah menjadi buronan dan meninggalkan kami hidup dalam garis keprihatinan. Aku sekarang tidak menyalahkan ayah, aku sudah cukup dewasa untuk mengerti betul alasan seorang suami melakukan hal tersebut. Demi melindungi orang yang ia sayang dan menjaga kehormatannya, ayah rela mengorbankan dirinya terasing nun jauh disana, meninggalkan kami.
Pada awalnya memang sulit, seluruh kampung tahu percis apa yang telah diperbuat ayahku, status ayahku yang pernah menjadi seorang buronan membuat image keluargaku buruk, mereka hanya melihat dari sudut pandang kesalahan yang ayah lakukan, bukan dari alasan ayah melakukan kesalahan tersebut.
Namun keteguhan hati yang membuatku tetap percaya diri, aku berusaha menutup mata, telinga dan hati dari guyuran hujan cemoohan yang dilontarkan orang-orang kampung pada keluargaku. Bertahun-tahun keluarga kami merangkak mencari setitik kepercayaan untuk melanjutkan episode-episode kehidupan yang lebih baik.

Kini roda kehidupan kami telah berputar kembali. Aku, ibu, ayah dan adikku kembali merajut asa keluarga kami yang sempat tercerai berai disapu ombak cobaan yang datang menghantam kapal kehidupan kami. Begitupun aku, aku dengan image-ku yang sudah tidak suci lagi terus membangun jalan menuju cita dan asa yang ingin aku raih. 
Siapalah aku sekarang ? aku yang pernah mengalami titik terendah dalam kehidupan. Pernah merasakan pahit getirnya hidup tanpa seorang ayah telah menjelma menjadi gadis yang kuat. Aku kini melanjutkan studiku disebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Yogyakarta. Menghasilkan banyak prestasi dengan menuliskan kisah-kisah hidup seseorang yang selama ini ada dalam bayangan, lingkungan dan pandangan mataku. Ya, kini aku berprofesi sebagai penulis novel terlaris. Kudedikasikan semua karyaku untuk KELUARGA. Mungkin tanpa episode kehidupan yang pahit itu, aku tak mungkin menjadi seperti ini.





SEKIAN
ARTIKEL PESERTA GRESS-2013
"Potret Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Negara Islam"


Permasalahan ekonomi yang dialami negara-negara berkembang di dunia termasuk Indonesia salah satunya adalah ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini sejalan dengan konsep permasalah ekonomi dalam islam yang berbeda dengan konsep permasalahan ekonomi dalam kapitalis yang dimana permasalahan ekonomi kapitalis mengungkapkan bahwa masalah ekonomi muncul karena keterbatasan barang pemuas kebutuhan atau yang sering disebut dengan kelangkaan, sedangkan dalam islam masalah perekonomian terletak pada distribusi barang-barang pemuas kebutuhan itu sendiri, bukan pada kelangkaannya hal ini dikarenakan Allah telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan makhluk-makhluk-Nya di dunia tinggalah manusia sebagai khalifah di bumi ini mengelolanya dengan baik untuk kesejahteraan umat.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami peningkatan ternyata tidak diimbangi dengan pemerataan distribusi pendapatan, hal ini dapat dilihat dari hasil survei bahwa Koefisien gini Indonesia mengalami kenaikan dari 0,33 pada tahun 2002 menjadi 0,44 pada tahun 2011. Tingkat koefisien gini tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perekonomian Indonesia. Ketimpangan distribusi pendapatan bukan hanya dialami oleh negara-negara berkembang, namun hampir semua negara di dunia mengalaminya, hal ini dikarenakan sistem-sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara tersebut memiliki banyak kelemahan.
Selain lemahnya sistem dan kebijakan ekonomi, hal-hal lain yang menjadi penyebab ketimpangan distribusi pendapatan ini adalah sebagai berikut :
Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris (dalam Lincoln Arsyad, 1997) ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara Sedang Berkembang :
1.       Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang selalu berkembang secara kuantitas setiap tahunnya namun tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM-nya menyebabkan peningkatan angka ketergantungan penduduk semakin tinggi.
2.       Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
Secara kuantitas pendapatan penduduk Indonesia memang mengalami peningkatan, namun peningkatan jumah pendapatan tidak menjadikan penduduk Indonesia mencapai kesejahteraan dikarenakan banyaknya jumlah tanggungan dan melambungnya harga-harga kebutuhan.
3.       Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
Terkonsentrasinya pembangunan nasional di Pulau Jawa menyebabkan masih banyaknya daaerah-daaerah di Indonesia yang tidak merasakan indahnya pembangunan di daerah mereka, hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab maraknya gerakan separatisme di Indonesia. Padahal apabila suatu pembangunan dapat menjangkau daerah-daerah dapat dipastikan mempermudah kegiatan perekonomian penduduknya sehingga dapat meningkatkan pemerataan distribusi pendapatan.
4.       Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (Capital Insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
Untuk negara berkembang dengan jumlah penduduk yan sangat banyak seperti Indonesia, kegiatan perekonomian yang berupa padat modal kuranglah tepat, karena kurang dapat menyerap tenaga kerja, kegiatan perekonomian yang bresifat pada karya sangatlah dianjurkan untuk menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
5.       Rendahnya mobilitas sosial.
Pola perilaku penduduk Indonesia yang pasif juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka dapatkan, mayoritas penduduk Indonesia belum memiliki inisiatif tindakan yang dilakukan dalam kegiatan perekonomian dan kecenderungan melaksanakan sesuatu apabila sudah ada perintah dari atasannya.
6.       Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
Kebijakan pemerintah yang terkesan memihak kepada para pengusaha-pengusaha bermodal besar menjadikan pepatah “Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” memang benar adanya sehingga tingkat ketimpangan distribusi pendapatan kian melebar.
7.       Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi Negara Sedang Berkembang dalam perdagangan dengan Negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan Negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor Negara Sedang Berkembang.

Dari sederet penyebab ketimpangan distribusi pendapatan diatas telah banyak menyebabkan dampak-dampak terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya adalah :
1. Masyarakat akan semakin terbelah, antara masyarakat kaya dan miskin.
2. Kesenjangan secara fisik akan semakin nampak, seperti rumah mewah, mobil mewah ,sekolah mahal. 
3. Orang yang kaya akan berusaha melanggengkan kekayaannya, dengan cara masuk ke dunia politik. Politik akan cenderung membela orang kaya. Begitu juga dengan dunia hukum dan perbankan. 
4. Orang miskin yang tidak mendapat akses untuk mengangkat taraf hidup mereka akan tetap miskin. Mereka tidak mampu menyekolahkan anak - anak mereka ke jenjang lebih tinggi. Akibatnya, anak - anak mereka akan tetap bodoh dan miskin. 
5. Banyaknya pamer kekayaan dan banyaknya orang miskin akan meningkatkan masalah sosial dan kriminalitas. Akan semakin banyak pengamen, pengemis, prostitusi dan tindak kejahatan.

Setelah banyaknya persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh kesalahan ataupun kelemahan pengambilan kebijakan ekonomi menggunakan sistem ekonomi kapitalis, dalam hal ini Ekonomi islam memberikan solusi-solusi alternatif atas persoalan-persoalan diatas. Lebarnya jarak antara si miskin dan si kaya yang diakibatkan ketimpangan distribusi pendapatan akan dapat diminimalisir apabila masyarakat dan pemerintah mengetahui serta mengaplikasikan nilai-nilai dasar ekonomi islam bahwa kepemilikan harta bukanlah penguasaan mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi tetapi hanya berhak untuk memanfaatkannya, lama kepemilikian manusia atas sesuatu benda terbatas pada lamanya manusia itu hidup didunia dan sumber-sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak dimiliki oleh umum atau negara. Hal ini di dasarkan pada hadits Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud,”Semua orang berserikat mengenai tiga hal, yaitu mengenai air, rumput dan api serta garam”. Ketiga barang itu dijabarkan pada minyak dan gas bumi, barang tambang dan kebutuhan pokok lainnya.Selain itu konsep-konsep ekonomi islam seperti konsep keseimbangan anatara kebutuhan di dunia dan diakhirat serta keadilan dalam setiap kegiatan perekonomian yang diaplikasikan baik dalam bentuk zakat, pelarangan riba, jaminan sosial, kerjasama ekonomi serta penyaluran-penyaluran harta pada orang-orang yang membutuhkan baik dalam bentuk shodaqoh, infak, wakaf dan hibah.
Apabila konsep-konsep ekonomi islam diterapkan dalam berbagai sendi kehidupan termask perekonomian, Insya Allah permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan dapat dicegah, diminimalisir atau mungkin dihilangkan dari kehidupan masyarakat.