Dimana
Bintang yang Dulu Kugantungkan ?
Pada awalnya aku memang tak ingin ikut temanku untuk
menemuinya. Aku tidak memiliki cukup keberanian unuk kembali menatap matanya,
untuk bertegur sapa dengannya. Aku tak berani. Namun, dengan alasan ini adalah karya
aku dan temanku (S) maka aku ikut untuk menemuinya berdiskusi bersama. Entah
apa yang terjadi setiap kali kami berdiskusi, aku selalu ingin menumpahkan
segala yang ia ucapkan melalui sebuah tulisan.
Aku dan S memang suka membuat karya tulis bersama, kali
ini setelah sekian lama tak bersua dengannya ada lagi kesempatan untuk bertemu.
Aku ingat perkataan salah satu kakak tingkat untuk memutus interaksi ketika
kita mulai merasakan sesuatu yag tak seharusnya kita rasakan. Aku bertekad
untuk itu, lama sekali tak bertemu. Akun facebook-nya aku blokir. Namun tak
bertahan lama, aku unblock. Aku tak memiliki keberanian untuk kembali meminta
pertemanan.
Semenjak Mei 2014 aku, S dan dia pergi ke Bali untuk
persentasi lomba karya tulis ilmiah, aku belum pernah lagi masuk final. Aku
malu, mungkin aku adalah kader yang gagal. Aku berusaha dan gagal, berusaha
lagi gagal lagi. Kakak tingkatku yang “jagoan” dalam menulis karya ilmiah
pernah berkata padaku bahwa ia pada awalnya mengalami kegagalan menulis selama
8 kali. Lalu setelah itu, dia mulai berhasil dan memenangkan beberapa lomba
karya tulis ilmiah. Itulah caraku untuk menghibur diri sendiri ketika gagal,
yaitu dengan mengingat kegagalan orang lain. Namun, disisi lain aku malu aku
tak ingin terlihat seperti aku tak bisa tanpanya. Aku harus membuktikan bahwa
ku bisa melakukan sesuatu tanpa bantuannya.
Karya tulis
yang pernah kubuat dengan teman-teman lain diantaranya adalah :
1.
Pro-Kreasi
(Program Kreativitas Siswa) sebagai Upaya untuk Menggali Kreativitas Siswa
Tingkat Atas Indonesia di Era Ekonomi Kreatif. Mendapatkan
juara pertama lomba karya tulis tingkat Program Studi Pendidikan Ekonomi
2.
TFC
(Traditional Food Center): Solusi untuk Meningkatkan Eksistensi Pangan Lokal di Era ASEAN Economic Community 2015. Hanya meraih
peringkat 18 (waiting list)
3.
“E-SALAM
: Model Pembelajaran Solutif Untuk Menciptakan Muslimpreneur Muda Kreatif dan
Inovatif bagi Siswa Tingkat Atas di Indonesia”. Masih gagal
dan tidak menembus final.
4.
Dewan
Pengawas Tempat Pelelangan
Ikan Sebagai Upaya Meningkatkan Usaha dan
Kesejahteraan Nelayan di
Daerah Pelabuhan Ratu Sukabumi (Jawa Barat). Belum lolos
juga.
Kadang aku
lelah dan mulai menyerah. Namun, aku tak mungkin melakukannya, karena sifat
putus asa adalah sifat yang dibenci oleh Allah. Hari ini setelah bertemu
dengannya aku merasa digampar. Aku yang selama hidup tanpanya seperti
kehilangan bahan bakar penyemangat mesin hati yang kering dan berdebu. Tak bisa
berjalan, hanya ditempat. Belum ada prestasi lain yang aku torehkan
tanpanya.bahkan prestasi yang sudah ada menurun.
Aku selalu
bertanya pada Allah, mengapa ia selalu memperlihatkan keindahan dari hamba-Nya
yang satu itu ? Membuatku kembali terkagum kagum. Namun dengan begitu, aku tak
lagi memimpikannya. Aku terlalu realistis untuk berharap dapat memetik bintang
tanpa memiliki sebuah pesawat.
Sejuta rencana
masa depan yang ia utarakan membuatku semakin menggigil. Mana rencana masa
depanmu ? Dimana kau gantungkan cita-cita yang dulu kau simpan setinggi langit,
dimana cita-cita itu. Kini aku menyadari alangkah terlalu muluk-muluknya diriku
yang masih memikirkan masalah cinta masa depan dibandingkan dengan kualitas
hidup dimasa depan. Betapa dangkalnya aku yang masih memikirkan cinta di usia
yang harusnya aku sedang produktif-produktifnya dalam menghasilkan suatu karya,
menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan orang tua. Tak pernahkan engkau
malu masih berpangku tangan terhadap orang tua di usiamu yang sekarang ini.
AMPUNI AKU YA
ALLAH UNTUK MENJADI ANAK YANG BELUM BISA ORANG TUA BANGGAKAN L