ESSAY PERTAMAKU
MBA
sebagai Penyebab Utama Angka Putus Sekolah di Indonesia
Apa yang pertama kali terlintas dipikiran
Anda ketika mendengar kata MBA ? Apakah MBA yang Anda pikirkan adalah sebuah
gelar Magister Bisnis Administrasi (Master of Business Administration) ? Dalam
konteks kali ini MBA yang dimaksud adalah singkatan dari Married by Accident
yaitu istilah “keren” dari menikah karena ada “kecelakaan” atau ada yang
menyebut hamil diluar nikah dan ada juga yang menyebut hubungan diluar nikah,
sebenarnya memiliki makna yang sama. Berdasarkan penelitian United Nations
Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia merupakan negara
ke-37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Untuk level ASEAN,
Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Tingginya angka
perkawinan dini ini berimbas juga pada tingginya rata-rata kelahiran remaja
(Age Specific Fertility Rate/ASFR).
Berkaitan
dengan permasalahan yang muncul beberapa tahun terakhir di kalangan remaja
khusunya yang berstatus pelajar yaitu permasalahan meningkatnya angka putus
sekolah, dalam hal ini siswa SMA sederajat. Apabila dahulu penyebab tingginya
angka putus sekolah adalah kendala biaya, pada era ini hal tersebut sudah bukan
lagi hal yang terlalu dirisaukan, dengan adanya program wajib belajar 9 tahun yang dibiayai pemerintah, para orang
tua murid akan dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menabung guna
keperluan pendidikan anaknya yang tidak ditanggung pemerintah pada masa yang
akan datang. Namun sayangnya kemampuan peningkatan tingkat kesadaran pendidikan
tidak diimbangi dengan perbaikan moralitas bangsa yang dimana sekarang sedang
“trend” putus sekolah dikarenakan MBA.
Permasalahan ini sejalan dengan hasil temuan lembaga internasional,
misalnya saja di Malang ada 99 warga Kabupaten Malang mengajukan dispensasi
untuk melangsungkan pernikahan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Sebab
rata-rata umur mereka masih belia atau Anak Baru Gede (ABG) yang artinya setiap
hari pasti selalu ada yang mengajukan dispensasi pernikahan. Hal ini meningkat
dibandingkan data 2 tahun lalu yang hanya 5 orang per tahun.
Penyebab utama peningkatan
pernikahan dini yaitu pernikahan pada masa remaja mayoritas dikarenakan MBA yang sudah sangat merajalela
di negeri kita ini. Lemahnya kontrol orang tua, kurangnya pendidikan kesehatan
reproduksi, penyalahgunaan teknologi, kemampuan ekonomi yang rendah, kurangnya
pendidikan religusi dan pergaulan bebas adalah beberapa contoh penyebab kasus MBA.
Hal tersebut tentu sangat
memprihatinkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah secara
kuantitas namun ketinggalan jauh secara kualitas. Keprihatinan bertambah
mengingat para pemuda pemudi yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa dimasa
yang akan datang sudah mengalami keterpurukan dimasa yang harusnya menjadi masa
keemasannya, masa dimana ia bebas berekspresi dan berkarya sesuai passion-nya tanpa ada suatu ganjalan
permasalahan seperti orang yang sudah berumahtangga. Akibat yang ditimbulkan
diantaranya rasa malu yang amat mendalam bagi si “pelaku” dan keluarganya, ledakan
jumlah penduduk Indonesia dikarenakan tingkat kelahiran yang tinggi, maraknya
kasus aborsi, pembuangan bayi, bahkan bayi yang lahir diluar nikah
diperjualbelikan oleh orang tuanya sendiri. Tanpa tanggung-tanggung mereka
menjadikan aib sebagai ladang komersial.
Keluarga sebagai pondasi awal
pembentukkan kepribadian seseorang hendaknya menjadi pilar yang sangat kokoh
dan kondusif untuk menanamkan nilai-nilai sosial maupun religius untuk
membentuk karakter seorang pemuda pemudi calon penerus bangsa yang memiliki
kepribadian unggul. Disamping keluarga, sekolah sebagai lembaga formal tempat
mendidik anak bangsa hendaknya tidak hanya memberikan pembelajaran secara
kognitif, tetapi aspek afektif dan religius para siswa juga harus sangat diperhatikan lebih dalam
lagi.
Salah satu cara untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan
dimasukannya materi pembelajaran tentang sex bukan hanya dalam mata pelajaran
Biologi (IPA) namun juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Bab
akhlak pada mata pelajaran PAI yang biasanya kita bahas yaitu perilaku terpuji
dan tercela secara basic, haruslah ditambahkan dengan materi sex dalam kajian
Islam secara keseluruhan. Selain itu, adanya kajian keislaman yang rutin juga
dinilai dapat membangun pribadi yang lebih baik dan sadar akan nilai-nilai
moral. Pembahasan tentang sex dan penguatan pembentukkan kepribadian siswa yang
baik dapat pula dilakukan dengan cara pementoringan secara tidak langsung oleh
para pendidik maksimal 10 menit setiap jam pertama proses belajar mengajar
dimulai.
Dari pihak luar atau nonformal, usahakan ada pemberian penyuluhan secara rutin oleh instansi
terkait misalnya Kementrian Sosial
atau PKK kepada setiap kepala keluarga untuk memberikan
perhatian lebih kepada anaknya dan
menerapkan nilai dan norma sosial pada keluarga sejak dini, karena ketidaktahuan
orang tua atau kesibukan orang tua yang berlebih inilah yang sangat berpotensi
menyebabkan anak “broken home” dan
akhirnya mencari kesenangan atau pelampiasan diluar rumah yang tidak menutup
kemungkinan bahwa anak tersebut akan melakukan hal-hal yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA :
http://topik-utama.koranpendidikan.com/view/5351/mba-faktor-utama-siswa-menikah.html
1 november 2013, 5 November 2013
http://topik-utama.koranpendidikan.com/view/5352/kenalkan-siswa-pada-kesehatan-reproduksi.html, 5 November 2013
http://topik-utama.koranpendidikan.com/view/5316/tentang-dispensasi-umur-perkawinan.html, 5 November 2013