Curahan
Hati Mahasiswa tentang Fasilitas Publik yag bernama Perpustakaan
Ada yang bilang bahwa pemerintah merupakan cerminan
masyarakatnya. Tidak heran bahwa pemerintah Indonesia banyak memiliki citra negatif,
entah kinerjanya yang tidak sesuai dengan perolehan gaji, hobi mangkir kerja,
berbagai bentuk korupsi seperti korupsi waktu sampai korupsi uang. Itulah yang saya
kesalkan saat ini, sebagai salah seorang pengguna fasilitas publik seperti
perpustakaan, saya merasa kesal ketika pelayanan perpustakaan yang tidak ramah
ditambah lagi hobi korupsi waktu. Penjaga buru-buru ngumumkan perpustakaan akan
tutup. Padahal, waktu untuk tutup masih ada setengah jam lagi.
Ketika saya masukuntuk membayar denda, dengan wajah
yang tidak menceriminkan keramahan petugas menanyakan “mau kemana neng ?
bukannya perpustakaan akan tutup?”, saya jawab “Mau bayar denda pak”. Padahal dalam
hati, saya ingin jawab “Heloo pak, waktu untuk buka masih ada kelees”. Sebenarnya
kekesalan saya dimulai pada awal masuk perpustakaan, penjaga sedang
enak-enaknya tidur di tempat tugasnya, dengan malas ia membawakan kunci loker. Ketika
saya mau meminjam tas perpustakaan, tidak ada jawaban malah enak-enakan
bersandar di kursinya. Setelah saya mengerasakan suara saya, barulah ia memberi
respon, itupun dengan jawaban “bawa aja sendiri neng”. Huaaaa rasanya Allah
sedang mengujiku lewat penjaga yang satu ini. KESAL.
Teringat saat kejadian salah satu mahasiswa yang kehilangan
laptop yang disimpan di loker. Penjaga berkata bahwa “Saya tidak
bertanggungjawab atas segala bentuk kehilangan”. Lalu saya bertanya, lalu untuk
apa ada penjaga dan mereka diberi gaji ?. tidak sampai disitu, saya juga
kembali teringat ketika salah seorang penjaga kesal karena mahasiswa tidak
mengucapkan kata “Terimakasih” saat mengembalikan kunci loker. Betapa mereka juga
manusia biasa yang ingin dihormati, namun apakah sebagai seorang manusia yang
sudah dewasa mereka sudah memberikan pelayanan yang baik ?
Suatu tanda tanya besar bagi saya sebagai rakyat
biasa. Memang saya juga tidak terlepas lagi khilaf, namun tulisan saya ini
merupakan luapan bentuk kekesalan seorang mahasiswa yang hobi menulis. Segala kritik
mungkin akan saya dapatkan, apalagi cacian. Sudah biasa. Rasulullah sebagai
manusia paling mulia saja banyak yang menbenci dan mencaci, apalagi saya.